Entri Populer

Kamis, 31 Maret 2011

Filsafat ; Nilai Ilmu pengetahuan


Nilai Ilmu Pengetahuan
A.   Pendahuluan
Rasa keingintahuan manusia ternyata menjadi titik-titik perjalanan manusia yang takkan pernah usai. Hal inilah yang kemudian melahirkan beragam penelitian dan hipotesa awal manusia terhadap inti dari keanekaragaman realitas. Proses berfilsafat adalah titik awal sejarah perkembangan pemikiran manusia dimana manusia berusaha untuk mengorek, merinci dan melakukan pembuktian-pembuktian yang tak lepas dari kungkungan
Kemudian dirumuskanlah sebuah teori pengetahuan dimana pengetahuan menjadi terklasifikasi menjadi beberapa bagian. Melalui pembedaan inilah kemudian lahir sebuah konsep yang dinamakan ilmu. Pengembangan ilmu terus dilakukan, akan tetapi disisi lain pemuasan dahaga manusia terhadap rasa keingintahuannya seolah tak berujung dan menjebak manusia ke lembah kebebasan tanpa batas. Oleh sebab itulah dibutuhkan adanya pelurusan terhadap ilmu pengetahuan agar tidak terjadi kenetralan tanpa batas dalam ilmu. Karena kenetralan ilmu pengetahuan hanyalah sebatas metafisik keilmuan. Sedangkan dalam penggunaannya diperlukan adanya nilai-nilai moral.
             Sejak saat pertumbuhannya, ilmu sudah terkait dengan masalah moral. Satu contoh ketika Copernicus (1473—1543) mengajukan teorinya tentang kesemestaan alam dan menemukan bahwa “bumi yang berputar mengelilingi matahari” dan bukan sebaliknya seperti yang dinyatakan dalam ajaran agama maka timbullah interaksi antara ilmu dan moral (yang bersumber pada ajaran agama) yang berkonotasi metafisik. Secara metafisik ilmu ingin mempelajari alam sebagaimana adanya, sedangkan di pihak lain terdapat keinginan agar ilmu mendasarkan kepada pernyataan-pernyataan (nilai-nilai) yang terdapat dalam ajaran-ajaran di luar bidang keilmuan (nilai moral), seperti agama. Dari interaksi ilmu dan moral tersebut timbullah konflik yang bersumber pada penafsiran metafisik yang berkulminasi pada pengadilan inkuisisi Galileo pada tahun 1633. Galileo oleh pengadilan agama dipaksa untuk mencabut pernyataan bahwa bumi berputar mengelilingi matahari.
             Adapun nilai dalam hal ini merupakan tema baru dalam filsafat: Aksiologi, cabang filsafat yang mempelajarinya, muncul untuk pertama kalinya pada paroh kedua abad ke-19. Penemuan ini merupakan salah satu penemuan yang terpenting dalam filsafat, secara mendasar mengandung arti pembedaan antara ada (being)dengan nilai (value), baik pada zaman kuno maupun pada zaman modern. Orang tanpa menyadarinya telah menempatkan nilai dibawah ada dan mengukur keduanya dengan tolak ukur yang sama. Dewasa ini, penelitian terhadap berbagai nilai yang terisolasi ini menemukan makna baru manakala orang mencatat bukan hanya jalinan yang lembut yang mengikatnya menjadi satu, namun juga sinar yang mengarahkan semua riset atas hakikat nilai dalam proses pengkajian masing-masing kawasan ini sebagai satu keseluruhan. Maka, etika dan estetika- warisan filsafat kuno- belakangan ini melangkah jauh ke arah peningkatan kemampuan untuk mengkaji nilai sebagaimana adanya.
             Dalam pembahasan nilai ini, akan dibahas masalah nilai, etika, dan estetika yang merupakan bagian dari aksiologi (nilai ilmu).
B.    Pokok Bahasan
1)      Pengertian Nilai dan Ilmu Pengetahuan
a.         Pengertian nilai
Nilai secar etimologi berasal dari kata value (inggris) yang berasal dari velere (latin) yang mempunyai arti kuat,baik, dan berharga. Nilai adalah suatu yangberharga,baik, dan berguna bagi manusia. Nilai dapat diartikan suatu penghargaan atau suatu kulitas terhadap suatu hal yang dapat menjadi dasar penentu tingkah laku manusia.
b.         Pengertian ilmu pengetahuan
Ilmu adalah rangkaian aktivitas penelaahan yang mencari penjelasan suatu metode untuk memperoleh pemahaman secara empiris mengenai dunia ini dalam berbagai seginyadan kedeluruhan pengetahuan sistematis yang menjelaskan berbagai gejalayamg ingin dimengerti manusia.
Pengetahuan adalah hasil tahu manusia terhadap sesuatu, atau segala perbuatuan manusioa untuk memahami suatu obyekyang dihadapinya,hasil usaha manusia untuk memahami suatu obyek tertentu.
Ilmu pengetahuan diambil dari kata science (bahasa inggris) yang diberasal dari bahasa latin scientia dari bentuk kata kerja  scinre yang berarti mempelajari,mengetahui. Dalam pengertian yang sempit science diartikan untuk menunjukkan ilmu pengetahuan alam yang sifatnya kuantitatif dan obyek. Ilmu pada prinsipnya merupakan usaha untuk mengorganisasikan dan mensistematisasikan common sense, suatu pengetuan yang berasal dari pengalaman dan pengamatan dalm kehidupan sehari-hari,namun dilanjutkan dengan suatu pemikiran secara cermat dan teliti dengan menggunakan berbagai metode.
Dalam “Epistimologi Indonesia”,kita jumpai pengertian sebagai berikut: Ilmu pengetahuan,suatu sistem dari pengetahuan dari berbagai pengetahuan yang masing-masing mengenai suatu lapangan pengalaman tertentu, yang disusun sedemikian rupa menurut asas-asas tertentu, hingga menjadi kesatuan; suatu system dari berbagai pengetahuan yang masing-masing didapatkan sebagai hasil pemeriksan-pemeriksaan yang dilakukan secara teliti dengan memakai metode-metode tertentu (induksi,deduksi).

          Ilmu pengetahuan mempunyai dua jenis (Soejono Soemargono, 1983) yaitu :
a.       Pengetahuan non ilmiah adalah pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan cara-cara yang tidak termasuk dalam kategori metode ilmiah.
b.      Pengetahuan ilmiah adalah segenap hasil pemahaman manusia yang di peroleh dengan menggunakan metode-metode ilmiah. 
2)      Teori Tentang Nilai
         Aksiologi difahami sebagai teori nilai, Sedangkan nilai merupakan kualitas yang tidak tergantung pada benda dan benda itu sendiri merupakan sesuatu yang bernilai, kemudian  ketidaktergantungan ini mencakup setiap betuk empiris. Nilai merupakan satu jenis obyek yang sama sekali tidak dimasuki oleh rasio tetapi dengan demikian nilai menyatakan diri melalui perpsepsi sentimental dalam referensi cinta benci.
         Dalam rangka menunjukkan makna yangmendalam dari pemahaman nilai dengan menggunakan sarana persepsi sentimental telah diterapkan perian fenomenologis atas kehidupan emosional yang memungkinkan baginya untuk memberikan berbagai tingkat dunia emosional yang tidak biasa dibedakan dengan jelas faktanya bahwa hakikat nilai menyatakan dirikepada kita dalam intuisi emosional.
         Adapun salah satu ciri has yang hakiki dari nilai adlah penampakannya dalam urutan hierarkis sekalipun bagi orang yang menerima dengan tanpa mempersoalkan kebenaran dari proposisiini adalah sulit untuk menentkan criteria mana yang harus dipakai untuk menentukan hierarki. Jelas bahwa criteria empiris tidak dapat digunakan, krieteria tersebut dapat mengatakan seperti apa tebal hierarkis sebuah masyarakat atau bangsa. Namun tidak dapat mengatakan apakah tebal ini harus ada. Scheler percaya bahwa nilai itu tersusun dalam sebuah hubungan hearkis a priori. Akan tetapi hiearki baginya harus di temukan di dalam hakikat nilai itu sendiri.
3)      Hakikat Nilai
a)     Nilai berasal dr kehendak: voluntarisme.
b)    Nilai berasal dr kesenangan: Hedonisme
c)     Nilai berasal dr kepentingan. (Perry)‏
d)    Nilai berasal dr hal yg lebih disukai (preference). Martineau.
e)     Nilai berasal dr kehendak rasio murni. (I.Kant).
4)       Etika
a.     Pengertian etika
         Etika secara etimologi berasal dari bahasa yunani yaitu ethos yang berarti watak kesusilaan atau adat. Secara terminiologi etika adalah cabang filsafat yang membicarakan tingkah laku atau perbuatan manusia dalam hubungannya dengan baik buruk.
         Ruang lingkup etika meliputi bagaimana caranya agar dapat hidup lebih baik dan bagaimana caranya untuk berbuat baik serta keburukan.
         Etika dapat dibagi menjadi etika deskriptif dan etika normatife. Etika deskriptif hanya melukiskan, menggambarkan, menceritakan,apa adanya, tidak memberikan penilaianm tidak memilih mana yang baik dan mana yang buruk, dan tidak mengajarkan bagaimana seharusnya berbuat. Contohnya sejarah.
         Adapun etika normative sudah memberikan penilaian mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang harus dikerjakan dan mana yang tidak. Etika normative dapat dibagi menjadi etika umum dan etika khusus. Etika umum  membicarakan tentang prinsip-prinsip umum, seperti apakah nilai, motivasi suatu perbuatan, suara hati dan segbagainya. Etika khusus adalah pelaksanaan dari prinsip-prinsip umum, seperti etika pergaulan, etika dalam pekerjaan, dan sebagainya.
         Pembagian etika yang lain adalah etika individual dan etika sosial. Etika individual membicarakan perbuatan atau tingkah laku manusia sebagai individu. Misalnya tujuan hidup manusia. Etika sosial membicarakan tingkah laku atau perrbuatan manusia dalam hubungannya dengan orang lain. Misalnya baik atau buruk dalam keluarga, masyarakat dan Negara.
         Etika dan moral sama artinya, tetapi dalam pemakaian sehati-hari ada sedikit perbedaan. Moral atau moralitas dipakai untuk perbuatan yang sedang dinilai. Adapun etika dipakai untuk pengkajian system nilai yang ada.
         Obyek etika menurut Franz Magnis Suseno (1987) adalah pernyataan moral apabila diperiksa segala jenis moral, pada dasarnya hanya dua macam, yaitu pernyataan tentang tindakan manusia dan pernyatan tentang manusia sendiri atau tentang unsure-unsur kepribadian manusia seperti motif-motif, maksud atau watak.
b.      Aspek etika ilmu pengetahuan
      Manusia sebagai manipulator dan articulator dalm mengambil manfaat ilmu pengetahuan. Dalam psikologi, dikenal konsep diri dai freud yang dikenal dengan nama ”id”,”ego” dan”super-ego”. “Id” adalah lepribadian yangmenyimpan dorongan-dorongan biologis (hawa nafsu dan agama) dan hasrat-hasrat yang mengandung dua instik: libido(konstruktif) dan thanatos (destruktif dan agresif). “ Ego” adalah penyelaras penyelaras antara”Id”dan realita dunia luar.”super-ego”adalah polisi kepribadian yang mewakili ideal, hati nurani(Jalaluddin Rahmat, 1985). Dalam agama, ada sisi destruktif manusia yaitu sisi angkara murka (hawa nafsu).
          Ketika manusia memenfaatkan ilmu pengetahuan untuk tujuan praktis, mereka dapat saja hanya memfungsikan “id”-nya, sehingga dapat dipastikanbahwa manfaat pengetahuan mungkin diarahkan untuk hal-hal yang destruktif. Misalnya dakam pertrungan antara in dan ego, dimana ego kalah sementara super-eg0 idak berfungsi optimal, maka tentu-atau juga nafsu angkara murka yang mengendalikan tindak manusia menjatuhkan pilihan dalam memanfaatkan ilmu pengetahuan- amatlah tidak mungkin kebaikan diperoleh manusia,atau malah mungkin kehancuran. Kisah dua perang dunia, kerusakan lingkungan, penipisan lapisan ozon, adalh pilihan id dari kepribadian manusia yang mengalahkan “ego” maupun “supr-ego”-nya.
           Oleh kerena itu, pada tingkat ksiologis, pembicaraan tentang nilai-nilai adalah hal yang mutlak. Nilai ini menyangkut etika, moral, dan tanggungjawab mansia dalam mengembangkan ilmu pengetahuan untuk dimanfaatkan bagi sebesar-besar kemaslahatan manusia itu sendiri. Karena dalm penerapannya, ilmu pengetahuan juga punya bias negatef dan destruktif, makadiperlikan patron nilai dan norma untuk mengendalikan  potensi “id” (libido) dan nafsu angkara murka manusia ketika hendak bergelut dengan pemanfaatan ilmu pengetahuan . disinilah etika menjadi ketentuan mutlak, yang akan menjadi well-supporting bagi pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi untu meningkatkan derajat hidup serta kesejahteraan dan kebahagiaan manusia. Hakikat moral, tempat ilmuan mengembalikan kesusesannya.
          Etika adalah pemahasan mengenai baik (good), buruk (bad), semestinya(ought to), benar (right), dan salah (wrong). Yang paling menonjol adalah tentang baik  tau good dan teori tentang kewajiban (obligation). Keduanya bertalian dengan hati nurani. Bernaung di bawah filsafat moral, etika merupakan tatanan konsep yang melahirkan kewajiabn itu, dengan argument bahwa kalau sesuatu tidak dijalankan berarti akan mendatangkan bencana atau keburukanbagi manusia. Oleh kerena itu, etika pada dasarnya adalah seperangkat kewajiban-kewajiban tentang kebaikan (good) yang pelaksananya (baca:executor) tidak ditunjuk. Executor-nya menjadi jelas ketika sang subyek berhadap opsi baik atau buruk, yang baik itulah materi kewajiban executor dalam situasi ini.
c.      Persamaan dan perbedaan  etika dengan etiket
Persamaan etika dan etiket adalah :
1). Menyangkut perilaku manusia, jadi hewan tidak mengenal etika dan etiket.
2). Mengatur perilaku manusia dan secara normative, artinya member norma bagi perilaku manusia dan dengan demikian menyatakan apa yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan (Bertens,1993).
Menurut Bertens ada empat perbedaan yang sangat penting antara etika dan etiket. Yaitu:
1). Etiket menyangkut cara suatu perbuatan yang harus dilakukan manusia. Sedangkan etika menyangkut masalah apakah suatu perbuatan boleh dilakukan atau tidak.
2). Etiket hanya berlaku dalam pergaulan, apabila tidak ada orang lain hadir atau tidak ada saksi mata, maka etiket tidak berlaku. Sedangkan etika selalu berlaku walupun tidak ada saksi mata.
3). Etiket bersifat relative, yang dianggap tidak sopan dalam suatu kebudayaan bisa saja dianggap sopan dalam kebudayaan  yang lain. Sedankan etika lebih absolut, prinsip-prinsipnya tidak bisa ditawar-tawar.
4). Etiket hanya memandang manusia dari segi lahiriyah saja. Sedangkan etika menyangkut manusia dari segi dalam.
5)       Estetika
a . Pengertian Estetika
Estetika dari bahasa yunani aesthesis atau pengamatan adalah cabang filsafat yang berbicara tentang keindahan. Objek dari estetika adalah pengalaman akan keindahan. Dalam estetika yang dicari adalah hakikat dari keindahan, bentuk- bentuk pengalaman keindahan, diselidiki emosi manusia sebagai reaksi terhadap yang indah , agung , tragis , bagus , mengharukan dan sebagainya.
Dalam estetika di bedakan menjadi estetika deskriptif dan estetika normatif . Estetika deskriptif menggambarkan gejala gejala pengalaman keindahan , sedangkan estetika normatif mecari dasar pengalaman itu .
Perbedaan lain dari estetika adalah esteti filsafati dengan esteti ilmiah definisi estetika merupakan suatu persoalan filsafat yang sejak dulu sampai sekarang cukup di perbincangkan para filsuf dan diberikan jawaban yang berbeda-beda perbedaan itu terlihat dari berlainannya sasaran yang dikemukakan.
The Liang Gie merumuskan sasaran-sasaran itu sebagai berikut :
a.       Keindahan
b.      Keindahan dalam alam dan seni
c.       Keindahan khusus pada seni
d.      Keindahan ditambah seni
e.       Seni ( segi penciptaan dan kritik seni serta hubungan dan peranan seni)
f.       Citra rasa
g.      ukuran nilai baku
h.      Keindahan dan kejelekan
i.        Nilai non moral ( nilai estetis )
j.        Benda estetis
k.      Pengalaman estetis . ( the liang gie , 1983 , hlm . 20 – 21 )
Estetis filsafat adalah estetis yang menelaah sasararanya secara filsafat dan sering disebut estetis tradisional. Estetetis filasafat ada yang menyebut estetis analisis, karena tugasnya hanyalah mengurai.
Estetis ilmiah adalah estetis yang menelaah estetis dengan metode metode ilmiah , yang tidak lagi merupakan cabang filsafat pada abad xx. Estetis modern untuk membedakannya dengan estetis tradisional yang bersifat filsafati.

C.    Penutup
         Aksiologi difahami sebagai teori nilai, Sedangkan nilai merupakan kualitas yang tidak tergantung pada benda dan benda itu sendiri merupakan sesuatu yang bernilai, kemudian  ketidaktergantungan ini mencakup setiap betuk empiris. Aksiologi memberikan jawaban untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu di pergunakan. Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah nilai. Bagaimana penentuan objek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan nilai. Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma nilai. Bagaimana mengaitkan nilai ilmu ilmu pengetahuan dengan etika dan estetika.

Daftar Pustaka
Suriasumantri,Jujun S. 2003. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan
Tafsir, Ahmad.2006. Filsafat Ilmu .Bandung:Rosdakarya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar